“ Lek kok panas yo, jan sumuk tenan!!!! Ono kipas amgin ra to lek?”
Yah memang, kalimat seperti itu sering muncul di Temanggung sejak beberapa tahun silam. Bahkan oleh orang-prang perantauan yang merupakan daerah yang lebih panas, seperti Jakarta dan Kutai. Aneh! Kemana ya Temanggung yang dulu BERSENYUM (bersih, sehat, nyaman untuk umum)? Kata bersenyum kini patut diganti BERSEDIH!!!! Seperti belahan dunia yang lain kini Temanggung juga telah teracuni oleh udara nan sangat panas. Istilah kerennya Temanggung telah terkena Global Warming.
Ditinjau dari segi istilah, global warming adalah meningkatnya suhu rata-rata bumi akibat jumlah emisi gas rumah kaca yang berlebihan. Dalam kenyataannya, global warming diikuti dengan perubahan musim. Menurut penelitian dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Nasional Amerika selama 30 tahun terakhir ini kecepatan perubahaan panas bumi mencapai 0,2 derajat celcius, padahal pada abad sebelumnya kenaikan suhu dalam 100 tahun hanya 0,6 derajat celcius. Kalau kondisi ini terus dibiarkan, para ilmuan memperkirakan suhu bisa naik 1,4-5,8 derajat celcius paada tahun 2100 mendatang. Dan kalau itu terjadi, eskutub akan mencair dan membanjiri daratan sehinnga volume lautan sekitar 9-100 cm. Juga beberapa daratan akan mengalami kekeringan. Bayangkan saja kalu itu semua kelak akan terjadi menimpa anak cucu kita, tegakah kita kepada mereka???????????????
Sebenarnya global warming tidak akan terjadi kalau manusia tidak terlalu rakus mencari kenikmatan dunia. Efek rumah kaca oleh Allah Azza Wa Jalla telah didesain sedemikian rupa supaya bermanfaat bagi kehidupan manusia, namun manusialah yang merusak desain tersebut. Allah telah mendesain selimut gas itu sebenarnya menghangatkan bumi. Jika tidak ada selimut gas itu, maka belahan dunia yang sedang tidak menerima sinar matahari akan dingin seperti es. Dan kalau tidak ada ozon di atmosfer, maka belahan bumi yang terkena sinar matahari akan terkena radiasi matahari yang sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup manusia dan suhu belahan itu akan menjadi sangat panas. Sangat kontras sekali denagn belahan bumi yang lain.
Penyebab rusaknya siklus rumah kaca yang didesain oleh Allah Azza Wa Jalla adalah meningkatrnya CO2 dan partikel polutan di atmosfer. Penyebabnya adalah pemakaian bahan bakar fosil seperti minyak, gas, dan batubara, serta asap-asap yang merupakan polusi udara termasuk asap rokok. Dengan pemakaian yang terus meningkat maka selimut gas di efek rumah kaca akan menebal sehingga makin sulit tembus.
Negara yang menyumbang efek rumah kaca terbesar adalah AMERIKA SERIKAT yang mensuplai 720juta ton gas rumah kaca. Karena itu pula negara adikuasa ini enggan menandatangani Protokol Kyoto tentang masalah pengurangan gas CO2 dan konferensi di Nusa Dua Bali tentang global warming. Kalau istilah bahasa jawanya, AS itu ‘urik’, hanya memikirkan diri sendiri saja. Egois gitchu looooh….. mentang-mentang negara adi kuasa kok ‘sak penake dewe’ !!!!!!!!!! Ya nggak?
Apakah Temanggung juga menyumbang akan awal bencana ini? Banyak kendaraan bermotor dan hutan-hutan yang rawan kebakaran. Di Temanggung mempunyai 6.135 ha hutan lindung dan 7.458 ha hutan produksi, tapi apakah jumlah itu masih valid? Semoga saja. Tetapi penyumbangan emisi gas dari Temanggung daru kendaraan bermotor mungkin setara dengan satu kelurahan di Jakarta.
Ditinjau dari segi istilah, global warming adalah meningkatnya suhu rata-rata bumi akibat jumlah emisi gas rumah kaca yang berlebihan. Dalam kenyataannya, global warming diikuti dengan perubahan musim. Menurut penelitian dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Nasional Amerika selama 30 tahun terakhir ini kecepatan perubahaan panas bumi mencapai 0,2 derajat celcius, padahal pada abad sebelumnya kenaikan suhu dalam 100 tahun hanya 0,6 derajat celcius. Kalau kondisi ini terus dibiarkan, para ilmuan memperkirakan suhu bisa naik 1,4-5,8 derajat celcius paada tahun 2100 mendatang. Dan kalau itu terjadi, eskutub akan mencair dan membanjiri daratan sehinnga volume lautan sekitar 9-100 cm. Juga beberapa daratan akan mengalami kekeringan. Bayangkan saja kalu itu semua kelak akan terjadi menimpa anak cucu kita, tegakah kita kepada mereka???????????????
Sebenarnya global warming tidak akan terjadi kalau manusia tidak terlalu rakus mencari kenikmatan dunia. Efek rumah kaca oleh Allah Azza Wa Jalla telah didesain sedemikian rupa supaya bermanfaat bagi kehidupan manusia, namun manusialah yang merusak desain tersebut. Allah telah mendesain selimut gas itu sebenarnya menghangatkan bumi. Jika tidak ada selimut gas itu, maka belahan dunia yang sedang tidak menerima sinar matahari akan dingin seperti es. Dan kalau tidak ada ozon di atmosfer, maka belahan bumi yang terkena sinar matahari akan terkena radiasi matahari yang sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup manusia dan suhu belahan itu akan menjadi sangat panas. Sangat kontras sekali denagn belahan bumi yang lain.
Penyebab rusaknya siklus rumah kaca yang didesain oleh Allah Azza Wa Jalla adalah meningkatrnya CO2 dan partikel polutan di atmosfer. Penyebabnya adalah pemakaian bahan bakar fosil seperti minyak, gas, dan batubara, serta asap-asap yang merupakan polusi udara termasuk asap rokok. Dengan pemakaian yang terus meningkat maka selimut gas di efek rumah kaca akan menebal sehingga makin sulit tembus.
Negara yang menyumbang efek rumah kaca terbesar adalah AMERIKA SERIKAT yang mensuplai 720juta ton gas rumah kaca. Karena itu pula negara adikuasa ini enggan menandatangani Protokol Kyoto tentang masalah pengurangan gas CO2 dan konferensi di Nusa Dua Bali tentang global warming. Kalau istilah bahasa jawanya, AS itu ‘urik’, hanya memikirkan diri sendiri saja. Egois gitchu looooh….. mentang-mentang negara adi kuasa kok ‘sak penake dewe’ !!!!!!!!!! Ya nggak?
Apakah Temanggung juga menyumbang akan awal bencana ini? Banyak kendaraan bermotor dan hutan-hutan yang rawan kebakaran. Di Temanggung mempunyai 6.135 ha hutan lindung dan 7.458 ha hutan produksi, tapi apakah jumlah itu masih valid? Semoga saja. Tetapi penyumbangan emisi gas dari Temanggung daru kendaraan bermotor mungkin setara dengan satu kelurahan di Jakarta.
- Berkurangnya areal hutan di Temanggung disebabkan oleh tiga factor, yaitu:
- Pengambilan kayu untuk industri pengolahan kayu.
- Pencurian kayu.
- Peralihan areal hutan menjadi areal pertanian.
Yang paling mencolok adalah lereng Gunung Sumbing Sindoro yang sudah gundul dan dikonversikan menjadi areal penanaman tembakau. Hilangnya hutan Temanggung ini mungklin taj berarti daripada emisi gas yang disumbang oleh AS, namun hilangnya hutan di Temanggung ini mempengaruhi suhu local, yang dulu segar sekarang menjadi nggak karuan seperti ini. Jadi kalau ingin suasana Temanggung Bersenyum seperti sedia kala dan tidak Bersedih lagi, tolong kembalikan hutan-hutan Temanggung seperti sedia kala………………………..
0 komentar Anda:
Post a Comment
Tinggalkan komenatar anda....