Dari Segi ISLAM

Melestarikan Lingkungan Hidup


LINGKUNGAN hidup yang telah diciptakan Allah SWT pada dasarnya diperuntukkan bagi manusia untuk diolah, digarap, dan dimanfaatkan. Dan bukannya untuk dieksploitasi dan dirusak. Semua kekayaan di bumi ini tidak sia-sia diciptakan Allah. Namun, lebih jauh mengandung maksud dan tujuan yang tinggi.

Dalam Alquran, Allah SWT berfirman, "Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus-menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang." (Q.S. Ibrahim: 32-33).

Kemudian, dalam surat Annahl: 10-11, Allah SWT pun menjelaskan bahwa kekayaan alam ini diperuntukkan bagi manusia. Bukan tidak ada artinya Allah menjadikan siang dan malam. Siang memberi kesempatan bekerja dengan naungan sinar matahari, dan malam untuk istirahat dengan naungan bulan yang redup. Bukan sia-sia Allah menjadikan lautan yang terhampar luas yang memudahkan untuk dilayari dan dipenuhi berbagai jenis ikan yang indah dan segar untuk dinikmati dagingnya. Penuh juga dengan berbagai kekayaan alam lainnya.

Semua itu diperuntukkan bagi manusia, bukan tak bermakna, tetapi penuh makna, yaitu agar manusia menikmati dan memanfaatkan kekayaan bumi ini yang demikian banyak itu dengan sebaik-baiknya. Bukan untuk dikuras habis tanpa rasa tanggung jawab dalam memelihara dan melestarikan kekayaan alam tersebut. Dalam mengantisipasinya, sangat perlu upaya pembangunan manusia yang bertanggung jawab. Manusia yang menghindarkan berbagai sikap dan perbuatan (aktivitas) yang akan merusak bumi (kerusakan lingkungan hidup) dan segala isinya. Selain itu, kesengsaraan dan kemelaratan yang menimpa manusia harus diupayakan penanggulangannya.

Dalam Islam, upaya memelihara dan melestarikan lingkungan hidup adalah dengan melaksanakan "penghijauan". Pada pundak manusia terpikul sebuah amanah, dan tanggung jawab melestarikan bumi. Dan umat manusia sebagai khalifah fil-ardhi, bertanggung jawab memakmurkan bumi atau menjadi pelaksana penghijauan lingkungan. Sesuai dengan firman-Nya dalam Alquran, "Dan Dia-lah yang menjadikan kamu dari bumi, dan Dia menjadikan kamu penduduknya kepadanya (untuk memakmurkannya)." (Q.S. Hud: 61).

Adapun penggunaan dan perbaikan kulit bumi lewat penghijauan adalah termasuk kegiatan beribadah kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah Saw. yang berbunyi, "Tidak seorang pun menanam pohon tanaman, kecuali Allah tulis baginya pahala (ganjaran) sesuai dengan buah (manfaat) yang dihasilkan oleh tanaman itu." (H.R. Ahmad).

Manusia sebagai khalifah Allah di bumi diberikan tanggung jawab mengelola bumi, termasuk perbaikan kerusakan yang terjadi dan menjaga kelestariannya untuk diwarisi kepada anak cucu. Melakukan penghijauan bagi kelestarian lingkungan hidup tentunya dapat memberi banyak manfaat. Hasilnya dapat berbentuk buah, bunga, kerindangan, kesejukan pandangan, penyuburan tanah, bahan obat, kertas bungkus, dan penyimpanan air. Tentu dalam penghijauan lingkungan, setiap orang atau negeri bisa memilih pohon mana yang diperlukannya. Bisa pohon yang menghasilkan buah, bisa tumbuh-tumbuhan yang hanya berkembang saja, dan bisa pula pohon-pohonan yang hanya menghasilkan kerindangan.

Berkaitan dengan masalah waktu, masyarakat setempat paling mengerti waktu penanaman yang terbaik. Ada yang ditanam pagi, ada yang perlu ditanam ketika petang hari, dan ada yang harus dilakukan di musim hujan. Malahan ada yang sebaliknya yang perlu ditanam pada musim kemarau panjang. Sebuah riwayat menyatakan, "Andaikan saat kiamat sudah jelas tiba, sedang di tangan seseorang di antara kamu masih ada bibit kurma yang perlu ditanam, maka janganlah kamu bimbang menanamnya; (dalam riwayat lain ditambahkan; Itu pun bagimu ada ganjarannya)."

Manusia dan alam merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, dapat diumpamakan alam sebagai wadah dan manusia sebagai wujud. Dalam kehidupannya tentu saja manusia bergantung kepada lingkungan dan sumber-sumber alam. Dan kehidupan dalam alam ini bergantung satu sama lainnya, tidak ada satupun yang mandiri. Tanpa adanya tumbuh-tumbuhan manusia tentu saja tak dapat hidup, tanpa air tumbuh-tumbuhan akan mati.

Berbagai pergeseran dan kerusakan lingkungan hidup seperti yang terjadi saat ini, hendaklah dijadikan alasan utama pentingnya melakukan perbaikan lingkungan melalui upaya penghijauan. Dalam kaitan ini bisa digunakan "metode dakwah" sesuai pribadi muslim yang mencintai lingkungannya.

Ungkapan "bersih pangkal sehat" mengandung arti betapa pentingnya kebersihan lingkungan bagi kesehatan manusia, baik orang perorang, keluarga, masyarakat maupun lingkungan hidup. Kebersihan lingkungan hidup adalah upaya manusia untuk memelihara diri dan lingkungannya dari segala yang kotor dan keji dalam rangka mewujudkan dan melestarikan kehidupan yang sehat dan nyaman. Islam mengharuskan manusia untuk memelihara dan melestarikan lingkungan hidup di muka bumi ini. Wallahu'alam. ***


1 komentar Anda:

Belajar Hijrah said...

Bagus...
Musti terus di publish pak....

Numpang Copas ya.

Post a Comment

Tinggalkan komenatar anda....

textarea

Followers


Related Posts with Thumbnails